Sabtu, 25 Oktober 2014

Kembali.....



Terbangun dari mimpi panjangku sore ini...
Berusaha mengurai satu per satu apa yang kulihat dalam indahnya fatamorgana mimpi…

Aku yakin dia seseorang yang kukenal…
Aroma wangi dan T-shirt merah yang tak biasa…
Bentuk punggung yang kokoh, persandaranku…
Garis-garis tangan yang amat kukenal, pergenggamanku…
Hentakan derap langkah yang terlampau sering kudengar saat aku berjalalan…
Aku lupa namanya…
Baru saja kulangkahkan kakiku mengejarnya, tapi lantas terhenti, aku terjatuh!

Aku terbangun dari mimpi. Kulirik jam dinding, pukul 14.03 siang. Aku kembali berbaring diatas pembaringan jingga yang lusuh, sembari mendengar instrumen favoritku.

Sendiri… terkadang sendiri bisa menyadarkan siapa aku..
Terkadang sendiri dapat menjelaskan sesuatu yang tidak biasa kudengar dari kebanyakan mereka yang kukenal, yang tidak kukenal…
Tepatnya, sore itu terperanjat aku dari lamunanku ketika dia (mungkin) seseorang yang kukenal menyapaku, dengan nyaring menyebut namaku, Frey?
Sosok tinggi, mengenakan pakaian warna merah favoritku, celana jeans dan sepatu cokelat melengkapi langkahnya yang segera menghampiriku, tak lupa topi hitam yang semakin membuatnya terlihat seseorang yang familiar.
Ken? Tiga menit berusaha kuingat wajah dan namanya.
Segera kupeluk ia dengan berjuta, tidak bermilyar, tidak bahkan rindu yang tidak terhitung banyaknya.
Segelintir pertanyaan berkecamuk di kepalaku, kapan dia kembali?
Mengapa dia menemuiku?

Alarm handphone menyadarkanku untuk segera bangun dari peraduan sore ini. Jam dinding menunjukkan pukul 17.47.
Aku bemimpi kembali mengulang, mengingat waktu tiga tahun silam

Dia seseorang yang pernah menjadi pengisi kekosonganku.
Dia yang (dulu) pernah ku idolakan di sekolah..
Bersandar ketika penampungan tak mampu lagi membendung air mataku…
Menggenggam saat terjatuh dan kakiku tak lagi melangkah seperti biasanya…
Memahamkanku setiap hal-hal yang tidak bisa kupahami…
Menjadi penyuka bintang karena aku menyukainya.
Menjadi penunggu pagi, karena pagi selalu menjadi waktu pertama hari baru untuk kami saling berjumpa via suara.
Bagiku dia seorang kakak, sahabat, bahkan ayah kedua.

Aku tak menyesal pernah menjadi bagiannya…
Dia mengajarkanku arti (pernah) memiliki…
Dia mendewasakanku…
Karena kamu, selalu menjadi kenangan…



Kamis, 22 Mei 2014

Rumah Kami (Sederhana Sekali) !!!



            dibalai bambu, kita berbagi cerita
            berlari dan bernyanyi, mengisi cerahnya hari
dibalai bambu, angan mimpi kita menyatu
walau kadang kita tak sependapat,
namun yakinkan hati kita tetap satu…

jangan berhenti kawan… kita songsong matahari
dengan semangatmu yang tersisa
jangan berhenti kawan… tetap saling berpegangan
buktikanlah pada mereka, kita satu J

ahaaa… ini dia lagu andalan anak Nalar, yang entah siapa penciptanya.
Lagu yang setiap kali didengar, selalu saja berhasil membuat kami rindu rumah…
Rumah Nalar… Rumahku!!!
Bukan, Rumah kami…
Kecil, sempit, panas, hanya ada beberapa ruangan kecil didalamnya, halaman yang sering tergenang air ketika hujan turun, rumah yang tidak cukup menampung keluarga besar kami, sederhana sekali.
Penuh kekurangan tapi entah kenapa justru membuat kami nyaman.
Mungkin ada gurau, tawa, dan canda disana…


Disana tidak setiap hari kami bisa temui yang namanya bahagia, tawa…
Tidak jarang pula air mata, suara dengan nada yang tinggi, kemarahan, teriakan, rasa benci dan tidak saling suka kami temui disana.
Orang-orang dengan karakter sangat jauh berbeda.
Keras kepala, baik, humoris, tenang, pemarah, pembenci, pemalu, cerewet, pendiam. Semuanya ada!
Jangan salah, justru perbedaan itu yang membuat kami dewasa, saling menerima dan melengkapi.

Disana, rumah yang membuat saya menangis sekaligus menjadi kuat.
            Ada banyak tantangan disana.
            Ada banyak masalah disana.
            Ada banyak pertengkaran disana.
Tapi … disana juga banyak…
Kebahagiaan.
Kebersamaan.
Orang-orang yang menginspirasi.


*ditulis ditengah kesibukan merekap presensi PMP-OMK 17, ditemani bising suara kipas angin.


Rabu, 09 April 2014

Tentang Lelah, Hujan, dan Kebersamaan



Kamu ingat ketika memandang langit yang mulai gelap ?

Kamu ingat ketika aku khawatir kehujanan dan kamu hanya membalasnya dengan seulas senyummu?

Kamu ingat  hari itu ?

Hari tentang lelah, tentang hujan, dan tentang kebersamaan.

Yah… tentang lelah.. tentang aku dan kamu, tentang kita yang menghabiskan waktu sambil berlari tanpa peduli malam dan langit mulai gelap…

Tentang sepenggal cerita yang kuceritakan padamu , tentang masa lalu yang mulai termakan oleh waktu dan digantikan cerita baru bersamamu.



*Waktu itu, ketika hujan, aku dan kamu, kita, bersama menembus tetes-tetes hujan.





Rabu, 26 Februari 2014

Berikan Aku Celah Untuk Pergi dari Hatimu

Masih saja dan selalu begitu…
Masih tentang rindu yang tak tersampaikan…
Masih tentang rindu yang belum juga beranjak pergi…
Masih tentang rindu yang berusaha untuk ku akhiri…

Matahari yang masih tetap setia menjemput pagi,
Walau terkadang mendung…
Hujan yang terkadang menyebalkan tapi memberi ketenangan pada hati
Juga hati yang kadang terluka namun masih setia memendam rindu…
Rindu … rindu yang semakin mekar

Rindu itu sepi…
Rindu itu mendung…
Rindu itu tentang memendam rasa dalam hati…
Hey… rindu dan rasa yang tak tersampaikan…
Ingin segera ku akhiri…
Tapi selalu saja terhalang oleh senyummu…
Senyum yang sama, awal pertemuan kita…

Beri aku celah untuk segera pergi dari hatimu…
Berlari agar tak dapat berbalik dan kembali menatapmu…
Akan ku akhiri semua…
Mengakhiri kita yang tidak akan pernah sama…
Semua rindu ini dan rindu itu…
Lalu ku lupakan senyuman itu…
Dan menata ulang hatiku :)