Kamis, 23 Januari 2014

Selamat Pagi, kamu yang kusebut masa depan



Tiba tiba saja hujan pagi ini mengingatkan ku tentang rindu
Dinginnya angin yang menusuk sampai tulang membuat pagi ini sepi
Ingin ada yang menggenggam dan memberi kehangatan disetiap hujan
Ingin ada yang bercerita betapa hujan itu indah
Dia yang kusebut masa depan…
Hujan itu Rindu
Hey… apa kabarmu ?
Bagaimana pagimu hari ini ?
Sudah sarapan ?
Segelintir pertanyaan yang ingin aku ajukan ketika hari itu tiba
Hari dimana aku bertemu seseorang
Lagi lagi dia
Dia yang kusebut masa depan…

Aku akan menunggu …
Menunggu pagi, menunggu masa depan yang dijanjikan itu…
Tuhanku yang menjanjikan masa depan

Mata yang memancarkan kebahagiaan
Hidung yang oh rupanya mancung bak paruh burung
Postur tubuh yang kaku
Tapi itu yang membuatnya menarik.
Sungguh dia yang kusebut masa depan…

Selamat pagi masa depan…
Sampai bertemu di pagi masa depan
Okeh… lagi lagi masa depan…




Senin, 20 Januari 2014

Si Hijau yang Tak Kunjung Mekar


Hijau …
Awalnya sulit ku percaya kalau mawar hijau itu ada
Mawar, yah merah,
Itu dulu …
ketika aku masih setinggi pinggang ayahku
Ketika usiaku masih belia.
Sesederhana ombak menghampiri pantai
Sesederhana itu pula pertemuan kita.

Kau mengenalkanku pada bunga hijau itu, mawar hijau
Yang tertanam dan tertata rapi dihalaman rumahmu
Memberinya nama sesuai dengan namaku
Mengajakku memberi mereka asupan nutrisi sepulang sekolah.

Hampir setiap hari.
Dengan pakaian serba putih biru,
Pagi dan sepulang sekolah melintas melewati rumahmu,
melewati taman mawar itu
dan sesekali menyapa mereka, menyapanya dengan namaku sendiri.

Setahun setelah aku mengenalmu dan bunga itu,
Kita berpisah karena tujuan kita tak lagi sama.
Kita sudah mulai dewasa
Arah kita berlawanan, dan semenjak itu pula,
Sampai hari ini, detik ini aku tak lagi melihat si hijau itu

Kemarin……
Aku berjalan di taman itu…
Aku mencoba meraba, mencari dan berusaha menemukan si hijau.
Tapi nihil…
Kini… hanya ada bunga warna warni yang memenuhi taman itu…
Ku temukan si hijau tak lagi bersinar,
Tapi tergeletak tak terurus di sudut taman itu
Tak ada lagi bunga, tak ada lagi hijau, dan tak lagi mekar
Seperti dirimu yang entah dimana.







Sabtu, 18 Januari 2014

Ini Aku


Kau mengusap air mata dan kegundahan di setiap ketidaktenanganku menghadapi semua…
Disaat langit dan matahari tak berpihak padaku…
Ketika tak kutemui arah dan tujuan jelas langkahku…
Ketika semua orang mengacuhkanku…
Ketika semua yang tersayang menjauhi dari pandanganku,
Tapi kamu, mendekat dan berbisik padaku,
Aku peduli padamu…
Jangan menangis untuk siapapun, kecuali karena aku…

Tapi itu dulu…

Sudah sangat lama…

Sesuatu yang kau temui di ujung jalan, membuatmu berpaling…
Kebahagiaan yang membuatmu tak lagi rindu padaku…
Sosok yang tak lagi sama dimataku…
Kamu bukan kamu…

Munafik ketika aku berusaha bahagia melihatmu tersenyum karena orang lain.
Bohong ketika semua tingkahku berusaha tak lagi rindu padamu,
Padahal besarnya kerinduan sudah tak mampu ku bendung
Menyakitkan ketika rasaku tak sampai ke hatimu
Mengecewakan karena waktu yang tak lagi membawamu ke sisiku
Waktu yang tak cukup lagi memandangimu,
kejernihan matamu, ketenangan di bibir dan wajahmu

Kembalilah…
Berbalik padaku…

Jangan tinggal dan mencari kebahagiaan di ujung jalan itu…
Karena aku butuh sosokmu…
Karena aku ingin ada yang mengubah setiap tetes air mataku menjadi kebahagiaan…
Karena senyummu yang menenangkanku…
Karena tawamu yang mencairkan beku dihatiku…
Karena ada banyak alasan yang tak bisa ku jelaskan untuk membiarkanmu pergi…
Kembalilah…
Aku menunggumu …
Aku merindukanmu…
  
Untukmu, teman yang lebih dari sekedar teman …