Terbangun
dari mimpi panjangku sore ini...
Berusaha
mengurai satu per satu apa yang kulihat dalam indahnya fatamorgana mimpi…
Aku yakin dia seseorang yang kukenal…
Aroma wangi dan T-shirt merah yang tak biasa…
Bentuk punggung yang kokoh, persandaranku…
Garis-garis tangan yang amat kukenal,
pergenggamanku…
Hentakan derap langkah yang terlampau
sering kudengar saat aku berjalalan…
Aku lupa namanya…
Baru saja kulangkahkan kakiku
mengejarnya, tapi lantas terhenti, aku terjatuh!
Aku
terbangun dari mimpi. Kulirik jam dinding, pukul 14.03 siang. Aku kembali
berbaring diatas pembaringan jingga yang lusuh, sembari mendengar instrumen
favoritku.
Sendiri… terkadang sendiri bisa
menyadarkan siapa aku..
Terkadang sendiri dapat menjelaskan
sesuatu yang tidak biasa kudengar dari kebanyakan mereka yang kukenal, yang
tidak kukenal…
Tepatnya, sore itu terperanjat aku dari
lamunanku ketika dia (mungkin) seseorang yang kukenal menyapaku, dengan nyaring
menyebut namaku, Frey?
Sosok tinggi, mengenakan pakaian warna
merah favoritku, celana jeans dan sepatu cokelat melengkapi langkahnya yang
segera menghampiriku, tak lupa topi hitam yang semakin membuatnya terlihat
seseorang yang familiar.
Ken? Tiga menit berusaha kuingat wajah
dan namanya.
Segera kupeluk ia dengan berjuta, tidak
bermilyar, tidak bahkan rindu yang tidak terhitung banyaknya.
Segelintir pertanyaan berkecamuk di
kepalaku, kapan dia kembali?
Mengapa dia menemuiku?
Alarm
handphone menyadarkanku untuk segera bangun dari peraduan sore ini. Jam dinding
menunjukkan pukul 17.47.
Aku
bemimpi kembali mengulang, mengingat waktu tiga tahun silam
Dia seseorang yang pernah menjadi
pengisi kekosonganku.
Dia yang (dulu) pernah ku idolakan di
sekolah..
Bersandar ketika penampungan tak mampu
lagi membendung air mataku…
Menggenggam saat terjatuh dan kakiku
tak lagi melangkah seperti biasanya…
Memahamkanku setiap hal-hal yang tidak
bisa kupahami…
Menjadi penyuka bintang karena aku
menyukainya.
Menjadi penunggu pagi, karena pagi
selalu menjadi waktu pertama hari baru untuk kami saling berjumpa via suara.
Bagiku dia seorang kakak, sahabat,
bahkan ayah kedua.
Aku
tak menyesal pernah menjadi bagiannya…
Dia
mengajarkanku arti (pernah) memiliki…
Dia
mendewasakanku…
Karena
kamu, selalu menjadi kenangan…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar